Kamis, 16 Agustus 2012

Ketua OJK : Indonesia harus bangun ekonomi inklusif

AppId is over the quota
Ketua OJK Muliaman D. Hadad (FOTO ANTARA)

Ini adalah model ekonomi kekeluargaan yang tidak membiarkan satu orangpun anggotanya tertinggal,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad mengatakan bahwa Indonesia harus mulai membangun ekonomi inklusif yang melibatkan setiap masyarakat sebagai subjek.

"Ini adalah model ekonomi kekeluargaan yang tidak membiarkan satu orangpun anggotanya tertinggal," katanya dalam diskusi bertema "110 Tahun Bung Hatta, Refleksi Pemikiran Ekonomi, Pasar, dan Keadilan" di Jakarta, Selasa.

Muliaman hadir sebagai pembicara dalam diskusi untuk memperingati pemikiran mantan Wakil Presiden pertama Indonesia Mohammad Hatta.

Acara tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh antara lain Mutia Hatta, mantan Menteri Koordinator Ekonomi Rizal Ramli, pengamat energi Kurtubi, ekonom Sri Edi Swasono, pengajar filsafat Herry Priyono.

Pemikiran Hatta, menurut Muliaman, juga sangat menekankan pembangunan yang inklusif.

"Namun justru kenyataan yang dihadapi Indonesia saat ini justru bertolak belakang dengan cita-cita Hatta tersebut," katanya.

Ia mencontohkan separuh lebih masyarakat Indonesia tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan formal. Sementara dari kelompok miskin, 70-80 persen juga mengalami hal yang sama.

"Ini adalah bentuk eksklusifitas ekonomi kita, pembangunan yang inklusif akan membuka semua akses keuangan untuk semua orang karena ada korelasi positif antara akses terhadap lembaga keuangan dengan kesejahteraan," katanya.

Indeks ketimpangan (Gini) dalam keterangan Muliaman juga semakin memburuk. Sebanyak 20 persen orang terkaya di Indonesia memiliki 48 persen harta di negara ini sementara 40 persen oang miskin hanya memiliki 16 persen.

Di sisi lain, ia juga mendukung pemikiran Hatta yang menempatkan negara sebagai aktor yang kuat dalam pembangunan. Namun dia mengingatkan bahwa negara juga bisa gagal sehingga dipikirkan ulang peran negara dalam ekonomi.

"Sebelum krisis Yunani, kita tidak pernah berpikir bahwa negara bisa gagal karena salah urus, kasus di Eropa itu membuat kita harus kembali merefleksikan pemikiran Hatta khususnya pada bagian bagaimana negara bisa berperan dalam pembangunan," kata Muliaman D Hadad.
(G005/A035) Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Pakar Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prof Noer Azam Achsani mengemukakan bahwa keteladanan ...

Pajak dan makna kemerdekaanTahun 2012 ini, Republik Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-67. Cita-cita dan tujuan kemerdekaan yang diinginkan ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar